Ngaku Dianiaya, ini Penjelasan Kepala Tiyuh Kibang Budi Jaya dan Saksi

0
913

Lintasmerahputih.com (Tulang Bawang Barat) – Lantaran tanah Fasilitas Umum (FU) pasar setempat berukuran 7m x 15m dikuasai oknum warga, Kepala Tiyuh Kibang Budi Jaya Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) Lampung, dituding aniaya warganya.

Tabroni Kepala Tiyuh (Kampung) Kibang Budi Jaya beserta Isterinya, dilaporkan warganya ke pihak kepolisian dengan tuduhan penganiayaan dengan cara memukul seorang perempuan berinisail K, saat mendampingi orang tuanya memenuhi panggilan Kepala Tiyuh setempat.

Dugaan penganiayaan tersebut dibantah langsung oleh Tabroni dan saksi yang saat itu sedang berada di rumah kepala tiyuh.

Dikatakan Tabrani kejadian sebenarnya bermula dari keluarga besar warga yang menguasai tanah FU tersebut bernama Anam datang di rumahnya pada Jum’at tanggal (31/12/2021) sekitar pukul 20.00 WIB.

“Saya manggil beliau (Pak Anam) ke rumah sehubungan dia beberapa tahun yang lalu pernah mengklaim tanah pasar fasilitas umum. Sampai ketiga kali ini, dia hadir, dan terakhir ini saya bilang, pak Anam, tanah itu kok sampai didirikan bangunan, sudah izin dengan siapa, pada saat itu pak Anam kan minta mohon rekomendasi surat, karena itu pasar umum tidak bisa,” kata Tabroni memberikan klarifikasinya kepada media, Senin (3/1/2022) di Balai Tiyuh Kibang Budi Jaya.

Tabroni menjelaskan kepada Anam, jika tanah tersebut di luar tanah pasar fasilitas umum maka akan dibantu membuat surat hak miliknya. “Kok itu bisa didirikan bangunan, izin dengan siapa, dan selama ini kecewanya dengan saya apa, dan dia bilang tidak ada kecewanya sama pak kepala,” kata Tabroni.

Kepala Tiyuh itu kembali bertanya kepada Anam, siapa yang mengeluarkan rekomendasi membangun di atas tanah tersebut, sebab menurut Tabroni beberapa bulan lalu seluruh aset di Tiyuhnya ditertibkan, baik milik Tiyuh atau aset milik Pemerintah Kabupaten yang terletak di Tiyuh Kibang Budi Jaya.

Lanjut Tabroni, tidak lama kemudian anak pak Anam yang berinisail K memukul meja ruang tamu milik Tabroni dihadapannya sambil K berkata. “Apa urusan desa, tanah itu dapat saya beli,” kata Tabroni menirukan kemarahan K.

Tabroni berupaya menjelaskan dihadapan K, “Ini klarifikasi pada bapakmu, kenapa kamu tidak sopan begitu,” kata Tabroni sembari K membalas dengan perkataan “Kalian pemeras, penindas, saya tidak takut lurah,” ujar Tabroni menirukan perkataan K.

Lantaran keributan di ruang tamu, Isteri Tabroni menuju ruang tamu sambil berkata “Ada apa, ini rumah saya, kenapa tidak sopan begitu,” kata Tabroni menirukan perkataan Isterinya.

Dengan tegas Tabroni menyatakan Tidak ada pemukulan dan Tabroni menduga K telah membuat laporan palsu.
“Kebetulan rumah saya sebelum mereka datang, memang sudah ada tamu saya tiga orang anak muda mau membuat acara tahun baru, dan Pak Siswoyo masyarakat saya berada di rumah untuk mengundang saya yasinan, belum selesai tiga anak muda itu ngobrol, K sudah membuat suasana arogan dan tidak menyenangkan,” kata Tabroni.

Sementara itu, saksi bernama Siswoyo yang melihat langsung keributan di ruang tamu Kepala Tiyuh menceritakan kejadian saat ia akan mengundang Tabroni menghadiri undangan Yasinan.

“Kan mau yasinan mau ngundang pak Kepala Tiyuh, saat saya ada disana saya belum sempat ngomong dengan pak Tabroni, dan memang suasana lagi hujan. Kemudian datang mobil Keluarga pak Anam, dan beliau menyampaikan untuk mempersilahkan masuk kepada pak Anam,” kata Siswoyo kepada media.

Dijelaskan Siswoyo, saat keluarga Anang datang langsung dipersilahkan Kepala Tiyuh duduk di ruang tamu, “Saya di teras depan rumah pak Tabroni dan pak Anam belum bicara, K tiba-tiba marah gebrak meja, dan pak Kepala Tiyuh akhirnya minta tolong ke saya agar panggil Polisi atau petugas karena anak itu tidak sopan,” kata Siswoyo.

Tidak lama kemudian kata Siswoyo, isteri Tabroni keluar dari dalam rumah menuju ruang tamu dan marah kepada K, “Jangan begitu kamu, ini rumah saya”, kemudian K terus melampiaskan kemarahannya dengan perkataan.

“Saya lapor ke kantor polisi setempat dan memberitahu ada keributan ditempat pak Kepala Tiyuh. Tidak lama kemudian anggota datang, dan K malah menantang tidak takut,” kata Siswoyo

Menurut Siswoyo yang berada di tempat kejadian tersebut, K yang justru telah melakukan perkataan kasar dan keras.

“Saya tahu persis kejadiannya karena saya berada di teras posisinya, jadi sangat jelas melihat K mencaci maki. K itu nyerocos saja, anggota polisi yang datang bahkan tidak dikasih kesempatan untuk bicara, kalau K bilang dipukul, saya pastikan tidak ada,” ungkap Siswoyo.

Menurut Siswoyo, Kepala Tiyuh Kibang Budi Jaya berencana menertibkan FU aset tiyuh, “Jadi K itu menantang dan menyerobot aset itu, karena merasa K sudah mengeluarkan duit makanya K itu marah dan tersinggung, karena memang pak Kepala Tiyuh tidak mau mengeluarkan surat rekomendasi karena jelas itu tanah FU. Sebab K itu pedagang lapak ikan, bergabung dengan bapaknya, dan sudah menempati dua tahunan tanah itu,” kata Siswoyo saksi keributan.

Sementara itu, Supriati yang saat keributan ikut bersama K di rumah Tabroni, saat diwawancarai media menerangkan bahwa dirinya bersama Anam dan K datang kerumah Kepala Tiyuh.

“Habis Isya saya ikut sama K dan bapaknya, tidak tau kenapa urusannya, saya kerumah pak lurah, kemudian duduk di ruang tamu, disana membahas masalah tanah. Tanah itu dapat beli oleh anak saya K, memang sudah lama belinya dengan Neneng anak Bu Aok, terus Neneng itu tanahnya dari Takim, waktu itu beli harga 7 juta dengan lebar 7 meter dan panjang 15 meter,” kata Supriati.

Menurut Supriati, Tanah tersebut telah bersertifikat dan tanah tersebut akan diambil kepala tiyuh. “Bangunannya disuruh robohin, kan lagi dibangun belum selesai, katanya tanah itu tanah FU tanah milik negara, akhirnya ada keributan, karena anak saya K merasa tanah itu dapat beli, makanya K mempertahankan haknya,” kata Supriati.

Supriati mengaku bahwa K dianiaya oleh Kepala Tiyuh, “Waktu itu ada saya juga pintunya dikunci dulu dan itulah ada pemukulan. Disitu ada saya, Pak Anam, K, Bu Lurah dan Pak Lurah. Dan Saat K divisum itu bibir dan muka memar,” kata Supriati.

Supriati mengaku saat kejadian keributan Kepala Tiyuh telah memanggil anggota kepolisian, “Tapi tidak selesai dan akhirnya K divisum di Puskesmas setempat, dan kejadian itu pukul 20.00 WIB,” pungkasnya.

(Akif)

LEAVE A REPLY